Strategi Wardiah Tanam Padi di Kota Bekasi

nugie Inspiratif
10 Agt 2020 15:11Wib
Bagikan atau simpan
Bekasi - Mitrapos.com, Wardiah, tetap semangat budidaya lahan sawah di tengah perkotaan. Meski usianya lebih dari 50 tahun, dia mampu mengelola lahan seluas dua hektar di tengah perkotaan.
ADVERTISEMENT
Wardiah, hanya berstatus sebagai petani lepas. Ia dipercaya Bos Cilik, sebutan bagi pemilik lahan yang dikelola olehnya dengan sistem upahan dari awal sampai panen di wilayah Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Jawa Barat.“Saya mengelola lahan ini, sistemnya upahan setiap hari dikasih upah Rp100 ribu, dikasih makan dan rokok,” ujar Wardiah petani asal Cilacap Jawa Tengah ini, kepada Cendana News, Senin (10/8/2020).Dipercaya sebagai penanggungjawab pertanian padi di lahan seluas dua hektare, Wardiah, mengaku memiliki strategi khusus untuk bisa memberi hasil maksimal kepada pemilik lahan yang memberi kepercayaan.Banner Lomba VlogMenurutnya pertanian di tengah perkotaan kuncinya ada di pupuk, untuk itu dia mengaku memilih pupuk mutiara dipadu pupuk cair seperti urea agar hasil maksimal.“Pupuk mutiara, bisa memberi hasil maksimal dibanding lainnya. Tapi memang harganya beda dengan pupuk biasa, sekilo bisa mencapai Rp100 ribu,” jelasnya ditemui saat memanen padi.Namun demikian imbuhnya lahan padi di tengah perkotaan musuhnya adalah tikus, dan burung. Sehingga harus perawatan ekstra seperti menjaga dan membersihkan areal sawah.“Sekarang memasuki masa panen, tikus mulai berkeliaran keluar dari gudang yang ada di sekitar lahan sawah. Hal lain adalah burung yang juga dijaga,”ujarnya.Sementara itu, Sukardi atau biasa disapa bos cilik sebagai pemilik lahan dikonfirmasi terpisah mengaku bahwa lahan tersebut merupakan warisan atau milik bersama dengan keluarganya.“Ini sengaja selama belum ada yang mau beli, dimanfaatkan dulu untuk ditanami padi. Karena lahan tersebut dari dulu peruntukannya sawah,” jelas Sukardi.Dia mengisahkan bawah di sekeliling lahan miliknya tersebut dari dulu memang areal pertanian sawah. Tapi sekarang sudah berubah jadi gedung dan lainnya.Diakuinya hanya lahan miliknya masih bertahan, dari pada dianggurkan, maka dicari orang mau mengembangkan sawah, Kebetulan lanjutnya irigasinya masih ada.“Ini pemberdayaan biasanya sekali panen bisa mencapai 15 ton. Tapi kan saya juga bayar pajak lahan ini setahun bisa Rp90 juta lah,” jelasnya mengaku dari hasil padi saja tidak menutup untuk pajak.Saat ini jelasnya mulai panen, harga gabah perkilogram hanya mencapai Rp 4200. Dia juga mengakui bahwa lahan miliknya tersebut sudah banyak yang menawar tapi belum cocok harga, jika cocok pasti sudah dilepas juga.Diakuinya bahwa lahan miliknya juga dibantu oleh pihak Kodim 0507/Bekasi. TNI terus memberi pembinaan dan membantu dalam pengembangannyaSementara itu, Sukardi atau biasa disapa bos cilik sebagai pemilik lahan dikonfirmasi terpisah mengaku bahwa lahan tersebut merupakan warisan atau milik bersama dengan keluarganya.“Ini sengaja selama belum ada yang mau beli, dimanfaatkan dulu untuk ditanami padi. Karena lahan tersebut dari dulu peruntukannya sawah,” jelas Sukardi.Dia mengisahkan bawah di sekeliling lahan miliknya tersebut dari dulu memang areal pertanian sawah. Tapi sekarang sudah berubah jadi gedung dan lainnya.Diakuinya hanya lahan miliknya masih bertahan, dari pada dianggurkan, maka dicari orang mau mengembangkan sawah, Kebetulan lanjutnya irigasinya masih ada.“Ini pemberdayaan biasanya sekali panen bisa mencapai 15 ton. Tapi kan saya juga bayar pajak lahan ini setahun bisa Rp90 juta lah,” jelasnya mengaku dari hasil padi saja tidak menutup untuk pajak.Saat ini jelasnya mulai panen, harga gabah perkilogram hanya mencapai Rp 4200. Dia juga mengakui bahwa lahan miliknya tersebut sudah banyak yang menawar tapi belum cocok harga, jika cocok pasti sudah dilepas juga.Diakuinya bahwa lahan miliknya juga dibantu oleh pihak Kodim 0507/Bekasi. TNI terus memberi pembinaan dan membantu dalam pengembangannya. (CDN/MA)
Tags: