Inspiratif - 28 Agt 22, 05:26 Wib
BEKASI - Angka kemiskinan selalu pasang surut di sejumlah wilayah di Indonesia. Dan itu tidak terpikirkan bahwa dengan bertani bisa mengurangi kemiskinan.
Menurut Say Monang Gideon, salah satu politisi dan pegiat tani di Kota Bekasi, bahwa menurutnya dengan bertani bisa mengurangi angka kemiskinan.
"Stigma selama ini petani itu miskin dan bodoh. Sebenarnya itu stigma yang salah," kata Monang kepada wartawan, usai pendaftaran Bacaleg di KPU Kota Bekasi, Kamis (11/5/2023).
Menurut Monang, Petani adalah profesi yang mulia. Dengan bertani kita semua bisa mencukupi pangan dengan ketahanan pangan.
"Saya niat coba jadikan masyarakat Bekasi mempunyai kemauan bertani guna mempertahankan ketahanan pangan. Kita bisa kok kalau paham," kata.
Bahkan rencana Monang jika dirinya lolos menjadi anggota dewan, dia berencana merekrut dan mengedukasi serta menggerakan masyarakat untuk memanfaatkan lahan terbatas menjadi pertanian.
Seperti metode hidroponik dan irigasi tetes, sambung Monang mengatakan kita bisa menghasilkan pangan, minimal di rumah masing masing bisa membuat ketahanan pangan sendiri.
"Saya juga niat buat cluster pertanian di kota Bekasi, dan itu bisa dikembangkan sehingga bisa dikonsumsi bahkan didistribusikan," imbuhnya.
Selain itu menurutnya juga, peraturan daerah (Perda) pertanian yang berpihak kepada petani yang selama ini dianggap miskin dan bodoh. "Kita akan hilangkan stigma itu sehingga petani miliki semangat dan peluang dalam menjalankan profesinya," kata.
Selain ketahanan pangan, Monang juga coba berpikir bagaimana memperjuangkan hak hak orang miskin, karena kesejahteraan warga Bekasi jadi fokus semua pihak.
"Para janda lansia, orang miskin dan anak yatim bisa jadi perhatian saya pribadi. Maka kita bareng bareng deh belajar cara bertani dan mendistribusikannya,"ujarnya, seraya bilang bertani bisa mengurangi kemiskinan jika paham cara mengelola dan mendistribusikannya.
"Tipsnya kita tidak menyerah dan lakukan terus. Belajar sampai tidak ada yang bisa kita pelajari lagi," pungkas Monang.
ADVERTISEMENT