Nasional - 14 Agt 22, 09:24 Wib
BEKASI - Sejumlah titik di tengah kota yang dipenuhi sibuknya masing masing manusia, ternyata masih ada anak jalanan yang tanpa perhatian.
"Apa kata dunia kalau kemanusiaan sudah hilang di tengah kota"
Informasi yang diterima tapost.id, dari salah seorang guru swasta di Kota Bekasi, Agus, mengaku miris dan sedih melihat sibuknya warga sampai tak ada lagi sikap kemanusiaan yang melirik anak anak tanpa perhatian.
Agus menceritakan mirisnya ketika melihat salah satu lokasi di Jalan Raya Pengasinan, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, yang berbatasan dengan Kota Bekasi itu terdapat empat orang anak yang tidur ngampar di depan sebuah toko pinggir jalan.
"Gak jauh dari Giant atau BCA Bekasi timur anak itu tidur sampai jam 8.26 wib belum juga bangun dari tidurnya. Kadang 7 (red-tujuh) orang, kadang 5 anak, dan tadi saya lihat cuma ada 4 anak, dan itu sudah sekitar dua bulan," ungkap Agus menceritakan kesedihannya di grup Whatsapp Informasi Bekasi, Kamis (23/3/2023).
Hal itu tidak hanya di satu tempat, yang terpantau tim tapost.id. Bahkan di Perumahan elit juga kerap terlihat.
Seperti dikatakan juga oleh Nadiah Abidin, selaku Co Founder dan Pembina di Cahaya Anak Negeri, setiap anak berhak memperoleh kasih sayang dan tempat tinggal yang layak.
Berdasarkan pengalamannya, ketika anak dibiarkan terlantar, berjibaku sejak dini di jalanan tanpa bimbingan, pengenalan agama, ataupun perhatian penuh ketulusan dan cinta, hal ini akan menumbuhkan kekecewaan dan rasa rendah diri tak berarti. Bahkan kebencian terhadap lingkungan dan kehidupan itu sendiri.
Pada prosesnya, tidak sedikit anak kemudian bermasalah dengan hukum. Saat dewasa melakukan tindak kejahatan karena tidak memiliki pondasi kuat untuk menjadi individu yang berdaya dengan kesempatan meraih berbagai impian yang mungkin mereka miliki.
"Dengan perhatian yang cukup pada kebutuhan anak, pemberian motivasi, rumah yang layak termasuk kasih sayang, anak-anak bisa lanjut sekolah formal, meraih juara kelas, menjadi ketua organisasi, studi sampai perguruan tinggi, dan bekerja sebagai guru, tenaga akademik, atau lainnya," tutup Nadiah yang juga berprofesi sebagai Dosen di Institut STIAMI. (Red)
ADVERTISEMENT